Senin, 18 Juni 2012

EKARISTI ADALAH SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI


Istilah Ekaristi berasal dari bahasa yunani eucharistia-eucharistein (kk): yang berarti “memuji dan mengucap syukur”. Kata ini sering digunakan bersama kata kerja eulogein: memuji syukur, dan untuk menterjemahkan kata Ibrani barekh: memuji, memberkati. Berakhah sering digunakan dalam konteks liturgi Yahudi sebagai doa berkat yang berisi pujian, syukur, dan permohonan. Berkat atas roti. Kata ini mau mengungkapkan tentang pujian syukur atas karya penyelamatan Allah yang terlaksana dalam Yesus Kristus, yang berpuncak pada wafat dan kebangkitan-Nya. Sebagai istilah ini baru popular abad XX, tetapi kata ini sudah ada sejak abad tiga pertama.
            Dalam Sacrosantum Concilium (SC. 10), yaitu, Konstitusi tentang liturgi suci dikatakan bahwa Ekaristi adalah puncak dan sumber hidup kristiani. Dikatakan Puncak sebab usaha-usaha kerasulan Gereja mempunyai tujuan agar semua orang melalui iman dan baptis menjadi putera-putera Allah, berhimpun menjadi satu, meluhurkan Allah di tengah Gereja, ikut serta dalam korban dan menyantap perjamuan Tuhan. Dikatakan Sumber karena liturgi, terutama Ekaristi, mengalirkan rahmat kepada kita dan dengan hasil guna yang amat besar diperoleh pengudusan manusia dan pemuliaan Allah dalam Kristus.
            Dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK kan. 897) dikatakan, “Sakramen yang terluhur ialah Ekaristi mahakudus, di dalamnya Kristus Tuhan sendiri dihadirkan, dikurbankan dan disantap, dan melaluinya Gereja selalu hidup dan berkembang. Kurban Ekaristi, kenangan wafat dan kebangkitan Tuhan, dimana Kurban salib diabadikan sepanjang masa, adalah puncak seluruh ibadat dan kehidupan kristiani dan sumber yang menandakan serta menghasilkan kesatuan umat Allah dan menyempurnakan pembangunan tubuh Kristus. Sedangkan sakramen-sakramen lain dan semua karya kerasulan gerejawi melekat erat dengan Ekaristi mahakudus dan diarahkan kepadanya”.
            Dalam anatomi kehidupan (=bagian-bagian kehidupan), darah atau cairan menjadi unsur terpenting demi kelangsungan kehidupan. Maka kalau orang atau binatang kehabisan darah atau cairan dalam tubuhnya, berhentilah kehidupan alias mati. Pemahaman ini dipakai oleh Tuhan Yesus untuk menegaskan bahwa “pemberian Diri seutuhnya” melalui “tubuh dan darah-Nya” kepada dan bagi kita adalah jalan satu-satunya untuk menyelamatkan kita, justru karena Dia Sang Juruselamat.
            Yesus menggunakan darah-Nya sebagai pengikat suatu perjanjian. Maka Dia bersabda: “Ambillah, Inilah tubuh-Ku, Inilah darah-Ku, darah Perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang” (Mrk 14:22.24). darah ditumpahkan demi pengampunan dosa, demi kemurnian dan kesucian hidup kita-manusia. Dengan kata lain, keutuhan dan keseluruhan Diri-Nya secara total diberikan kepada kita sebagai ungkapan karya penebusan bagi keselamatn manusia.
            Pada hari Raya Tubuh dan Darah Kristus Yesus ini, seluruh Gereja semesta bersyukur atas karya keselamatan Allah yang terungkap dalam setiap Perayaan Ekaristi. Karena itu pada hari Raya Tubuh-Darah Tuhan ini, kita diundang kembali untuk merasakan gema kasih-Nya yang sangat personal dari Tuhan Yesus sendiri. Setiap kali ada Perayaan Ekaristi, kita diundang untuk mengambil Tubuh-Darah-Nya sebagai santapan keselamatan.
            Karena itu –Mari kita usahakan- mengikuti Misa Kudus tidak hanya seminggu sekali, tetapi setiap hari, dimana ada Misa Kudus, saya akan iktu Misa! Baiklah, pada hari Raya Tubuh-Darah Tuhan ini kita renungkan: “Apakah aku sungguh-sungguh percaya kepada-Nya bahwa Dia hadir dalam rupa” Roti-Anggur” yang saya sambut setiap kali aku ikut Misa Kudus? Sabda Yesus: “Akulah Roti Hidup,...Yoh 6:35...dst.

Salam dan berkat,
Rm. Yohanes Indri Iriyanto, SCJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar