Istilah Ekaristi berasal dari bahasa yunani eucharistia-eucharistein (kk): yang berarti “memuji dan mengucap syukur”. Kata ini sering digunakan bersama
kata kerja eulogein: memuji syukur,
dan untuk menterjemahkan kata Ibrani barekh:
memuji, memberkati. Berakhah sering
digunakan dalam konteks liturgi Yahudi sebagai doa berkat yang berisi pujian,
syukur, dan permohonan. Berkat atas roti. Kata ini mau mengungkapkan tentang pujian syukur atas karya penyelamatan Allah
yang terlaksana dalam Yesus Kristus, yang berpuncak pada wafat dan
kebangkitan-Nya. Sebagai istilah ini baru popular abad XX, tetapi kata ini
sudah ada sejak abad tiga pertama.
Dalam Sacrosantum Concilium (SC. 10), yaitu, Konstitusi tentang liturgi
suci dikatakan bahwa Ekaristi adalah
puncak dan sumber hidup kristiani. Dikatakan Puncak sebab usaha-usaha
kerasulan Gereja mempunyai tujuan agar semua orang melalui iman dan baptis
menjadi putera-putera Allah, berhimpun menjadi satu, meluhurkan Allah di tengah
Gereja, ikut serta dalam korban dan menyantap perjamuan Tuhan. Dikatakan Sumber
karena liturgi, terutama Ekaristi, mengalirkan rahmat kepada kita dan dengan
hasil guna yang amat besar diperoleh pengudusan manusia dan pemuliaan Allah
dalam Kristus.
Dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK kan.
897) dikatakan, “Sakramen yang terluhur
ialah Ekaristi mahakudus, di dalamnya Kristus Tuhan sendiri dihadirkan, dikurbankan
dan disantap, dan melaluinya Gereja selalu hidup dan berkembang. Kurban Ekaristi,
kenangan wafat dan kebangkitan Tuhan, dimana Kurban salib diabadikan sepanjang
masa, adalah puncak seluruh ibadat
dan kehidupan kristiani dan sumber
yang menandakan serta menghasilkan kesatuan umat Allah dan menyempurnakan
pembangunan tubuh Kristus. Sedangkan sakramen-sakramen lain dan semua karya
kerasulan gerejawi melekat erat dengan Ekaristi mahakudus dan diarahkan kepadanya”.
Dalam anatomi kehidupan (=bagian-bagian kehidupan), darah atau
cairan menjadi unsur terpenting demi kelangsungan kehidupan. Maka kalau orang
atau binatang kehabisan darah atau cairan dalam tubuhnya, berhentilah kehidupan
alias mati. Pemahaman ini dipakai oleh Tuhan Yesus untuk menegaskan bahwa “pemberian
Diri seutuhnya” melalui “tubuh dan darah-Nya” kepada dan bagi kita adalah jalan
satu-satunya untuk menyelamatkan kita, justru karena Dia Sang Juruselamat.
Yesus menggunakan darah-Nya sebagai
pengikat suatu perjanjian. Maka Dia bersabda: “Ambillah, Inilah tubuh-Ku, Inilah darah-Ku, darah Perjanjian, yang
ditumpahkan bagi banyak orang” (Mrk 14:22.24). darah ditumpahkan demi
pengampunan dosa, demi kemurnian dan kesucian hidup kita-manusia. Dengan kata
lain, keutuhan dan keseluruhan Diri-Nya secara total diberikan kepada kita
sebagai ungkapan karya penebusan bagi keselamatn manusia.
Pada hari Raya Tubuh dan Darah
Kristus Yesus ini, seluruh Gereja semesta bersyukur atas karya keselamatan
Allah yang terungkap dalam setiap Perayaan Ekaristi. Karena itu pada hari Raya
Tubuh-Darah Tuhan ini, kita diundang kembali untuk merasakan gema kasih-Nya
yang sangat personal dari Tuhan Yesus sendiri. Setiap kali ada Perayaan
Ekaristi, kita diundang untuk mengambil Tubuh-Darah-Nya sebagai santapan
keselamatan.
Karena itu –Mari kita usahakan-
mengikuti Misa Kudus tidak hanya seminggu
sekali, tetapi setiap hari, dimana ada Misa Kudus, saya akan iktu Misa! Baiklah,
pada hari Raya Tubuh-Darah Tuhan ini kita renungkan: “Apakah aku sungguh-sungguh percaya kepada-Nya bahwa Dia hadir dalam
rupa” Roti-Anggur” yang saya sambut setiap kali aku ikut Misa Kudus? Sabda Yesus:
“Akulah Roti Hidup,...Yoh 6:35...dst.
Salam dan berkat,
Rm. Yohanes Indri Iriyanto, SCJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar