Rabu, 20 Juni 2012

KITA YANG MENABUR TETAPI ALLAH YANG MENGHIDUPKAN


              Di dalam masyarakat kita yang industrialis, pertanian hanya dikaitkan dengan produksi makanan. Bertani bukan sekedar gaya hidup, melainkan telah menjadi cara untuk mencari nafkah. Teknologi modern telah diterapkan sepenuhnya pada metode-metode pertanian, sehingga petani-petani menjadi teknisi dalam bidang ini. Contohnya, ia menjadi seorang ahli dalam menggunakan pupuk, herbisida, dan insektisidadan ia menjadi seorang pengusaha yang mengetahui biaya produksi, nilai hasil produksi, dan jadwal pemasaran.
           Ketika Yesus mengajarkan perumpamaan tentang seorang penabur kepada orang-orang Galilea, mereka pada waktu itu sedang melihat petani menaburkan benih di ladang pada bulan Oktober. Memang para penulis Injil tadak menceritakan kepada kita kapan Yesus mengajarkan perumpamaan itu. Kemungkinan Yesus mengajar pada waktu penabur keluar untuk menaburka benih. Kerumunan (menurut Matius, kerumunan orang banyak) itu datang ke pantai di sebelah barat laut di tepi danau Galilea. Mungkin jumlah mereka mencapai ribuan. Yesus menggunakan mimbar yang mengapung pada waktu berbicara kepada orang banyak itu. Ia duduk di atas perahu yang didorong agak jauh dari tepi pantai. Keadaan yang alami ini jauh lebih efektif daripada sistem pendekatan publik secara modern.
                    Yesus tidak harus menjelaskan aktivitas petani, sebab dari jauh mereka bisa melihat petani sedang bekerja, menabur biji gandum atau barley. Bahkan mereka pun mungkin adalah petani yang dari ladang yang sedang dalam perjalanan menuju pantai. Di dalam masyarakat pertanian pada waktu itu, pendengar kebanyakan adalah petani-petani atau orang yang pernah bekerja di tanah pertanian.
                Markus sepertinya menekankan pelayanan pengajaran Yesus di sepanjang tepi danau Galilea. Dia mulai bagian ini dengan mengatakan, “Pada suatu kali Yesus mulai pula mengajar di tepi danau”, (4:1). Markus menyebutkan danau sebanyak tiga kali di bagian ayat-ayat penduhuluan, sedangkan Matius mengabaikan referensi tentang Yesus yang duduk di atas perahu “di danau”. Markus memberitahu pembacanya bahwa Yesus sekali lagi bertemu dengan kerumunan orang banyak di tepi air (lihat Markus 2:13 dan 3:7). Markus pada bagian ini memasukkan tiga dari empat perumpamaan (penabur, benih yang tumbuh, dan biji sesawi) ke dalam Injilnya dalam bentuk narasi untuk menunjukkan tempat mengajar, pendengar yang dijumpai Yesus, dan tujuan perumpamaan.
              Sejumlah faktor tidak ditemukan di dalam penafsiran perumpamaan ini. Figur penabur merupakan hal terpenting. Meskipun penabur hanya disebutkan di bagian pendahuluan perumpamaan saja, dan diasumsikan ada di dalam perumpamaan, kehadirannya tidak dijelaskan. Meskipun demikian, penekanannya jatuh pada benih yang ditabur. Meskipun mungkin kita berharap beberapa referensi mengenai hujan, yang jelas sekali dapat meningkatkan hasil panen, tetapi tidak ada referensi yang mengatakan tentang hujan (misalnya, lihat Ulangan 11:14, 17). Juga tidak disebutkan tentang kerja keras mencangkul tanah, meskipun jelas bahwa pencangkulan itu menjadi bagian dari proses. Kontruksi dan penafsiran perumpamaan ini ditunjang oleh penentuan Allah tehadap hujan dan pengerahan tenaga manusia dalam pekerjaan di ladang. Perumpamaan ini menekankannaik turunnya hasil panen petani. Petani mungkin saja kehilangan panennya, dan di dalam perumpamaan ini tiga kali kehilangan panennya, tetapi pada waktu panen terakhir mendapatkan hasil yang berkelimpahan.
              Apakah yang diajarkan perumpamaan ini? Beberapa sarjana menyebut perumpamaan penabur ini sebagai perumpamaan dari perumpamaan - perumpamaan. Bukan berarti bahwa perumpamaanini perumpamaan yang paling terkenal di dalam Injil Sinoptik, tetapi dikarenakan berisi empat perumpamaan yang dijadikan satu. Keempat perumpamaan ini hanyalah aspek dari satu kebenaran khusus: Firman Allah diberitakan dan memberikan tugas kepada pendengarnya; umat Allah menerima Firman, mengertinya, dan dengan taat melakukannya; orang-orang yang lain gagal mendengarkan karena hatinya yang keras, kedangkalan yang mendasar, atau keinginan terhadap kekayaan dan harta yang tidak dapat ditinggalkan. Orang-orang yang demikian gagal menghasilkan buah, dan bahkan apa yang mereka miliki perkataan rohani – akan diambil daripadanya. Karena itu perumpamaan ini menyentuh mereka yang benar-benar ada di dalam gereja maupun mereka yang berada “di luar”. Hal ini merupakan kebenaran pokok dari perumpamaan ini. Semua rincian di dalam perumpamaan ini berpusat pada satu tema. Pemberitaan Injil yang penuh iman tidak akan pernah gagal menghasilkan buah, “menghasilkan panen, tiga puluh, enam puluh, atau bahkan seratus kali lipat dari yang ditabur”.

Salam dan berkat,
Rm. Yohanes Indri Iriyanto, SCJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar