Di
dalam masyarakat kita yang industrialis, pertanian hanya dikaitkan dengan
produksi makanan. Bertani bukan sekedar gaya hidup, melainkan telah menjadi
cara untuk mencari nafkah. Teknologi modern telah diterapkan sepenuhnya pada
metode-metode pertanian, sehingga petani-petani menjadi teknisi dalam bidang
ini. Contohnya, ia menjadi seorang ahli dalam menggunakan pupuk, herbisida, dan
insektisidadan ia menjadi seorang pengusaha yang mengetahui biaya produksi,
nilai hasil produksi, dan jadwal pemasaran.
Ketika Yesus mengajarkan perumpamaan
tentang seorang penabur kepada orang-orang Galilea, mereka pada waktu itu
sedang melihat petani menaburkan benih di ladang pada bulan Oktober. Memang
para penulis Injil tadak menceritakan kepada kita kapan Yesus mengajarkan
perumpamaan itu. Kemungkinan Yesus mengajar pada waktu penabur keluar untuk
menaburka benih. Kerumunan (menurut Matius, kerumunan orang banyak) itu datang
ke pantai di sebelah barat laut di tepi danau Galilea. Mungkin jumlah mereka
mencapai ribuan. Yesus menggunakan mimbar yang mengapung pada waktu berbicara
kepada orang banyak itu. Ia duduk di atas perahu yang didorong agak jauh dari
tepi pantai. Keadaan yang alami ini jauh lebih efektif daripada sistem
pendekatan publik secara modern.
Yesus tidak harus menjelaskan
aktivitas petani, sebab dari jauh mereka bisa melihat petani sedang bekerja,
menabur biji gandum atau barley. Bahkan mereka pun mungkin adalah petani yang
dari ladang yang sedang dalam perjalanan menuju pantai. Di dalam masyarakat
pertanian pada waktu itu, pendengar kebanyakan adalah petani-petani atau orang
yang pernah bekerja di tanah pertanian.
Markus sepertinya menekankan pelayanan
pengajaran Yesus di sepanjang tepi danau Galilea. Dia mulai bagian ini dengan
mengatakan, “Pada suatu kali Yesus mulai
pula mengajar di tepi danau”, (4:1). Markus menyebutkan danau sebanyak tiga
kali di bagian ayat-ayat penduhuluan, sedangkan Matius mengabaikan referensi
tentang Yesus yang duduk di atas perahu “di danau”. Markus memberitahu
pembacanya bahwa Yesus sekali lagi bertemu dengan kerumunan orang banyak di
tepi air (lihat Markus 2:13 dan 3:7). Markus pada bagian ini memasukkan tiga
dari empat perumpamaan (penabur, benih yang tumbuh, dan biji sesawi) ke dalam
Injilnya dalam bentuk narasi untuk menunjukkan tempat mengajar, pendengar yang
dijumpai Yesus, dan tujuan perumpamaan.
Sejumlah faktor tidak ditemukan di
dalam penafsiran perumpamaan ini. Figur penabur merupakan hal terpenting. Meskipun
penabur hanya disebutkan di bagian pendahuluan perumpamaan saja, dan
diasumsikan ada di dalam perumpamaan, kehadirannya tidak dijelaskan. Meskipun demikian,
penekanannya jatuh pada benih yang ditabur. Meskipun mungkin kita berharap
beberapa referensi mengenai hujan, yang jelas sekali dapat meningkatkan hasil
panen, tetapi tidak ada referensi yang mengatakan tentang hujan (misalnya,
lihat Ulangan 11:14, 17). Juga tidak disebutkan tentang kerja keras mencangkul
tanah, meskipun jelas bahwa pencangkulan itu menjadi bagian dari proses. Kontruksi
dan penafsiran perumpamaan ini ditunjang oleh penentuan Allah tehadap hujan dan
pengerahan tenaga manusia dalam pekerjaan di ladang. Perumpamaan ini menekankannaik
turunnya hasil panen petani. Petani mungkin saja kehilangan panennya, dan di
dalam perumpamaan ini tiga kali kehilangan panennya, tetapi pada waktu panen
terakhir mendapatkan hasil yang berkelimpahan.
Apakah yang diajarkan perumpamaan
ini? Beberapa sarjana menyebut perumpamaan penabur ini sebagai perumpamaan dari
perumpamaan - perumpamaan. Bukan berarti bahwa perumpamaanini perumpamaan yang
paling terkenal di dalam Injil Sinoptik, tetapi dikarenakan berisi empat perumpamaan
yang dijadikan satu. Keempat perumpamaan ini hanyalah aspek dari satu kebenaran
khusus: Firman Allah diberitakan dan memberikan tugas kepada pendengarnya; umat
Allah menerima Firman, mengertinya, dan dengan taat melakukannya; orang-orang
yang lain gagal mendengarkan karena hatinya yang keras, kedangkalan yang
mendasar, atau keinginan terhadap kekayaan dan harta yang tidak dapat
ditinggalkan. Orang-orang yang demikian gagal menghasilkan buah, dan bahkan apa
yang mereka miliki perkataan rohani – akan diambil daripadanya. Karena itu perumpamaan
ini menyentuh mereka yang benar-benar ada di dalam gereja maupun mereka yang
berada “di luar”. Hal ini merupakan kebenaran pokok dari perumpamaan ini. Semua
rincian di dalam perumpamaan ini berpusat pada satu tema. Pemberitaan Injil
yang penuh iman tidak akan pernah gagal menghasilkan buah, “menghasilkan panen, tiga puluh, enam puluh, atau bahkan seratus kali
lipat dari yang ditabur”.
Salam dan berkat,
Rm. Yohanes Indri Iriyanto, SCJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar