Minggu Biasa XI
Yeh 17:22-24; 2Kor 5:6-10; Mrk 4:26-34
"Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah"
Seminari
Menengah Mertoyudan diawali oleh dua pemuda, Petrus Darmaseputra dan
Fransiskus Xaverius Satiman, yang tergerak untuk menjadi imam, Mei 1912.
Dalam perjalanan selama kurang lebih seratus tahun telah tumbuh
berkembang menjadi besar, sebagaimana adanya pada saat ini yang
bertempat di Mertoyudan. Ribuan pemuda telah mengikuti jejak dua pemuda
tersebut, dan para alumni seminari, entah yang menjadi imam atau dalam
perjalanan selama pendidikan mengundurkan diri menjadi awam, telah
tersebar luas di seluruh Indonesia ini; karya dan pelayanan mereka juga
telah menghasilkan buah melimpah ruah, yaitu bertambahnya orang-orang
yang beriman kepada Yesus Kristus, entah yang secara formal dibaptis
secara katolik dan menjadi katolik atau secara informal atau inklusif
percaya kepadaNya, yang menjadi nyata dalam cara hidup dan cara
bertindak yang sungguh dijiwai oleh, iman, baik, bermoral dan berbudi
pekerti luhur. Begitulah benih kecil yang ditaburkan telah menjadi pohon
besar dan menjadi naungan atau tempat berlindung banyak orang. Maka
marilah kita renungkan atau refleksikan warta gembira hari ini, perihal
Kerajaan Allah.
"Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah "(Mrk 4:31)
Semua
jenis biji pada umumnya memang kecil, dan ketika ditaburkan di tanah
yang subur tidak lama kemudian dapat tumbuh menjadi pohon yang besar
serta menghasilkan buah-buah yang berguna bagi kehidupan umat manusia.
Perumpamaan perihal Kerajaan Allah bagaikan biji sesawi yang ditaburkan
di tanah ini hemat saya mengajak dan mengingatkan kita semua untuk hidup
dan bertindak dengan mengikuti proses sebagaimana dikehendaki oleh
Tuhan, dengan kata lain kita diajak untuk berbudaya proses bukan
berbudaya instant sebagaimana dihayati oleh cukup banyak orang masa
kini.
Pertama-tama
marilah kita sadari dan hayati diri kita masing-masing, bahwa kita juga
terdiri dari persatuan sel sperma yang sangat kecil dengan sel telor,
yang terjadi di dalam rahim ibu kita masing-masing dan dalam waktu
kurang lebih sembilan bulan di dalam rahim ibu telah berproses menjadi
besar, berat antara 3 s/d 4 kg, lengkap dengan aneka anggota tubuh yang
membentuk manusia yang tampan atau cantik. Kejadian kita semua dalam
proses, maka jika dalam hidup dan bertindak saat ini kita tidak
mengikuti proses berarti ingkar diri. Kami berharap kepada para orangtua
dalam mendidik anak-anaknya sungguh mengikuti proses perkembangan
pribadi anak yang bersangkutan, demikian juga para guru di sekolah
hendaknya juga mengikuti dan memperkembangkan budaya proses dalam
pengajaran dan pembelajaran.
Secara
umum kami juga mengharapkan siapapun juga untuk mengikuti proses dalam
rangka usaha menjadi pandai/cerdas atau kaya akan harta benda/uang.
Dengan kata lain dalam cara hidup dan cara bertindak kita diharapkan
berpartisipasi dalam karya penciptaan Allah. Secara konkret kepada para
murid atau siswa maupun mahasiswa kami harapkan setiap hari belajar,
sesuai dengan tugasnya, tidak hanya belajar menjelang ulangan atau ujian
saja, atau bahkan menyontek dalam ulangan atau ujian. Sebaliknya para
guru hendaknya tidak terjebak untuk menyelesaikan kurikulum, melainkan
ikuti kemampuan dan perkembangan peserta didik dalam belajar. Para
pekerja atau pegawai hendaknya setia dan jujur melaksanakan tugas dan
pekerjaannya serta tidak melakukan korupsi sedikitpun, hendaknya
mencukupi kebutuhan hidupnya maupun keluarganya sesuai dengan hasil
kerja dan keringatnya dan jangan menjadi 'benalu', yang merampas makanan
dan minuman orang lain seenaknya.
Kita
semua tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi
pekerti luhur juga melalui suatu proses, melalui pembiasaan-pembiasaan
penghayataan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan kehidupan. Maka
mungkin baik jika setiap bulan atau tahun kita lebih menekankan
pembiasaan nilai atau keutamaan tertentu setiap hari dalam dalam cara
hidup dan cara bertindak. Pada masa kini hemat yang mendesak dan up to date adalah
disiplin dan jujur. Marilah kita membiasakan diri hidup dan bertindak
disiplin dan jujur dalam hal apapun. Ketika masa kecil dan masa
pendidikan tidak disiplin dan tidak jujur, maka yang bersangkutan akan
menjadi koruptor, sebagaimana terjadi dalam diri tokoh-tokoh hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara saat ini, yang melakukan korupsi.
Yang menamakan diri wakil rakyat alias anggota DPR pun melakukan
korupsi, demikian juga mereka yang disebut dengan penegak kebenaran,
para hakim maupun polisi. Marilah menjadi pandai/cerdas atau kaya akan
harta benda/uang mengikuti proses, sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan.
"Maka
oleh karena itu hati kami senantiasa tabah, meskipun kami sadar, bahwa
selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan, -- sebab
hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat --
tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini
untuk menetap pada Tuhan. Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam
di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan
kepada-Nya." (2Kor 5:6-9)
"Supaya kami berkenan kepadaNya", inilah
yang hendaknya kita hayati dalam cara hidup dan cara bertindak kita
dimana pun dan kapan pun. Memang anggota-anggota tubuh kita ini
senantiasa menggoda dan merayu kita untuk tidak berkenan kepadaNya alias
melakukan dosa dan hanya mengikuti nafsu-nafsu jasmani melulu, misalnya
dalam hal makan dan minum maupun masalah seksual.
Pertama-tama
dan terutama kami mengajak dan mengingatkan kita semua dalam hal makan
dan minum, yang kiranya menjadi kebiasaan dan kesenangan kita semua
setiap hari, sejak masih kanak-kanak. Hendaknya dalam hal makan dan
minum sesuai dengan kehendak Tuhan atau berkenan kepadaNya, dengan kata
lain hendaknya dalam hal makan dan minum berpedoman pada apa yang sehat
dan tidak sehat, bukan apa yang enak dan tidak enak. Apa yang sehat
mungkin tidak enak, sedangkan apa yang enak mungkin tidak sehat.
Hendaknya mengkonsumsi makanan atau minuman yang alami atau organik, dan
jauhi aneka makanan dan minuman instant. Pengalaman menunjukkan bahwa
mereka yang terbiasa mengkonsumsi jenis makanan dan minuman instant
mudah terserang penyakit, ketahanan fisik lemah, demikian juga daya
juang luntur.
Nafsu
seksual kiranya mulai menggejala di kalangan remaja dan muda-mudi kita.
Perkembangan sarana tekonologi seperti HP dan Internet telah
mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan pengetahuan maupun gelora
nafsu seksual remaja dan muda-mudi kita. Sebagaimana sering diberitakan
melalui media TV misalnya, ada remaja yang terjebak untuk melakukan
hubungan seksual bebas karena komunikasi melalui internet atau facebook.
Demikian juga melalui HP remaja dan muda-mudi kita begitu bebas bergaul
dan berkomunikasi, yang berkembang ke arah pergaulan bebas dan hubungan
seksual bebas. Kami berharap anak-anak sedini mungkin dibiasakan dan
dididik untuk menjadi 'tuan' atas HP dan Internet, bukan menjadi hamba HP atau Internet, yang pada gilirannya mudah tergoda untuk menjadi hamba
nafsu seksual. Nafsu seksual merupakan anugerah Tuhan, maka hendaknya
difungsikan sesuai dengan kehendak Tuhan, tidak mengikuti keinginan atau
selera pribadi.
Marilah
kita usahakan memiliki hati yang tabah terhadap aneka godaan dan rayuan
setan yang menggejala dalam aneka kenikmatan. Para orangtua kami
harapkan dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam hal ketabahan
hati, serta mendidik dan membiasakan anak-anak untuk memiliki ketabahan
dan keteguhan hati. Orang yang memiliki hati yang tabah dan teguh akan
menikmati kebahagiaan atau kesejahteraan hidup sebagaimana dikehendaki
Tuhan, yaitu selamat dan bahagia jiwanya saat ini sampai mati.
"Orang
benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti
pohon aras di Libanon; mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas
di pelataran Allah kita. Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi
gemuk dan segar, untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia
gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya."
(Mzm 92:13-16)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar